Sumatera Utara | |||
---|---|---|---|
— Provinsi — | |||
Peta lokasi Sumatera Utara | |||
Negara | Indonesia | ||
Hari jadi | 15 April 1948 | ||
Dasar hukum | UU 10/1948, UU 24/1956 | ||
Ibu kota | Medan | ||
Koordinat | 0º 50' LS - 4º 40' LU 96º 40' - 100º 50' BT |
||
Pemerintahan | |||
- Gubernur | Gatot Pujonugroho (penjabat) | ||
- DAU | Rp948.867.504.000,- (2011)[1] | ||
Luas | |||
- Total | 72.981,23 km2 | ||
Populasi (2010)[2] | |||
- Total | 12.985.075 | ||
- Kepadatan | 177,9/km² | ||
Demografi | |||
- Suku bangsa | Batak (41,95%), Jawa (32.62%) Nias (6.36%), Melayu (4,92%), Tionghoa (3,07%), Minangkabau (2,66%), Banjar (0.97%), Lain-lain (7,45%) [3] | ||
- Agama | Islam (65.5%),Kristen (Protestan/Katolik) (31,4%),Buddha (2,8%),Hindu (0,2%), Parmalim, Konghucu | ||
- Bahasa | Indonesia, Batak, Karo, Pakpak, Simalungun, Angkola, Mandailing, Nias, Minangkabau, Melayu, Jawa | ||
Zona waktu | WIB | ||
Kabupaten | 25 | ||
Kota | 8 | ||
Kecamatan | 325 | ||
Desa/kelurahan | 5.456 | ||
Situs web | www.sumutprov.go.id |
Geografi
Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° -
100° Bujur Timur, Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 71.680 km².
Sumatera Utara pada dasarnya dapat dibagi atas:
- Pesisir Timur
- Pegunungan Bukit Barisan
- Pesisir Barat
- Kepulauan Nias
Pesisir timur merupakan wilayah di dalam provinsi yang paling pesat
perkembangannya karena persyaratan infrastruktur yang relatif lebih
lengkap daripada wilayah lainnya. Wilayah pesisir timur juga merupakan
wilayah yang relatif padat konsentrasi penduduknya dibandingkan wilayah
lainnya. Pada masa kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini termasuk residentie Sumatra's Oostkust bersama provinsi Riau.
Di wilayah tengah provinsi berjajar Pegunungan Bukit Barisan. Di pegunungan ini terdapat beberapa wilayah yang menjadi kantong-kantong konsentrasi penduduk. Daerah di sekitar Danau Toba dan Pulau Samosir, merupakan daerah padat penduduk yang menggantungkan hidupnya kepada danau ini.
Pesisir barat merupakan wilayah yang cukup sempit, dengan komposisi
penduduk yang terdiri dari masyarakat Batak, Minangkabau, dan Aceh.
Namun secara kultur dan etnolinguistik, wilayah ini masuk ke dalam
budaya dan Bahasa Minangkabau.[4]
Batas wilayah
Utara | Provinsi Aceh dan Selat Malaka |
Selatan | Provinsi Riau, Provinsi Sumatera Barat, dan Samudera Indonesia |
Barat | Provinsi Aceh dan Samudera Indonesia |
Timur | Selat Malaka |
Terdapat 419 pulau di propisi Sumatera Utara. Pulau-pulau terluar adalah pulau Simuk (kepulauan Nias), dan pulau Berhala di selat Sumatera (Malaka).
Kepulauan Nias terdiri dari pulau Nias sebagai pulau utama dan
pulau-pulau kecil lain di sekitarnya. Kepulauan Nias terletak di lepas
pantai pesisir barat di Samudera Hindia. Pusat pemerintahan terletak di Gunung Sitoli.
Kepulauan Batu terdiri dari 51 pulau dengan 4 pulau besar: Sibuasi,
Pini, Tanahbala, Tanahmasa. Pusat pemerintahan di Pulautelo di pulau
Sibuasi. Kepulauan Batu terletak di tenggara kepulauan Nias.
Pulau-pulau lain di Sumatera Utara: Imanna, Pasu, Bawa, Hamutaia,
Batumakalele, Lego, Masa, Bau, Simaleh, Makole, Jake, dan Sigata, Wunga.
Di Sumatera Utara saat ini terdapat dua taman nasional, yakni Taman Nasional Gunung Leuser dan Taman Nasional Batang Gadis.
Menurut Keputusan Menteri Kehutanan, Nomor 44 Tahun 2005, luas hutan di
Sumatera Utara saat ini 3.742.120 hektare (ha). Yang terdiri dari
Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam seluas 477.070 ha, Hutan
Lindung 1.297.330 ha, Hutan Produksi Terbatas 879.270 ha, Hutan Produksi
Tetap 1.035.690 ha dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi seluas
52.760 ha.
Namun angka ini sifatnya secara de jure saja. Sebab secara de facto,
hutan yang ada tidak seluas itu lagi. Terjadi banyak kerusakan akibat
perambahan dan pembalakan liar. Sejauh ini, sudah 206.000 ha lebih hutan
di Sumut telah mengalami perubahan fungsi. Telah berubah menjadi lahan
perkebunan, transmigrasi. Dari luas tersebut, sebanyak 163.000 ha untuk
areal perkebunan dan 42.900 ha untuk areal transmigrasi.
Pemerintahan
Daftar kabupaten/kota di Sumatera Utara
Pusat pemerintahan Sumatera Utara terletak di kota Medan. Sebelumnya, Sumatera Utara termasuk ke dalam Provinsi Sumatra sesaat Indonesia merdeka pada tahun 1945. Tahun 1950, Provinsi Sumatera Utara dibentuk yang meliputi eks karesidenan Sumatera Timur, Tapanuli, dan Aceh. Tahun 1956, Aceh memisahkan diri menjadi Daerah Istimewa Aceh.
Sumatera Utara dibagi kepada 25 kabupaten, 8 kota (dahulu kotamadya), 325 kecamatan, dan 5.456 kelurahan/desa.
Pemekaran daerah
Dengan dimekarkannya kembali Kabupaten Tapanuli Selatan, maka provinsi ini memiliki kabupaten baru, yaitu Kabupaten Padang Lawas yang beribukota di Sibuhuan dengan dasar hukum UURI No. 38/2007 dan Kabupaten Padang Lawas Utara yang beribukota di Gunung Tua dengan dasar hukum UURI No. 37/2007. [5][6]
Pulau Nias diwacanakan akan dimekarkan kembali, yaitu dengan membentuk Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota Gunung Sitoli[7]
Daftar gubernur
No | Foto | Nama | Mulai Jabatan | Akhir Jabatan | Keterangan |
1. | Sutan Muhammad Amin Nasution | 18 Juni 1948 | 1 Desember 1948 | ||
2. | Ferdinand Lumban Tobing | 1 Desember 1948 | 31 Januari 1951 | ||
3. | Abdul Hakim | 25 Januari 1951 | 23 Oktober 1953 | ||
4. | Sutan Muhammad Amin Nasution | 23 Oktober 1953 | 12 Maret 1956 | ||
5. | Sutan Kumala Pontas | 18 Maret 1956 | 1 April 1960 | ||
6. | Raja Djundjungan Lubis | 1 April 1960 | 5 April 1963 | ||
7. | Eny Karim | 8 April 1963 | 15 Juli 1963 | ||
8. | Ulung Sitepu | 15 Juli 1963 | 16 November 1965 | ||
9. | PR. Telaumbanua | 16 November 1965 | 31 Maret 1967 | ||
10. | Marah Halim Harahap | 31 Maret 1967 | 12 Juni 1978 | ||
11. | Edward Waldemar Pahala Tambunan | 12 Juni 1978 | 13 Juni 1983 | ||
12. | Kaharuddin Nasution | 13 Juni 1983 | 13 Juni 1988 | ||
13. | Raja Inal Siregar[8] | 13 Juni 1988 | 15 Juni 1998 | ||
14. | Tengku Rizal Nurdin[8] | 15 Juni 1998 | 5 September 2005[8] | ||
* | Rudolf Pardede | 5 September 2005 | 10 Maret 2006 | Pelaksana Tugas Gubernur | |
15. | Rudolf Pardede | 10 Maret 2006 | 16 Juni 2008 | ||
16. | Syamsul Arifin | 16 Juni 2008 | 21 Maret 2011[9] | ||
17. | Gatot Pujo Nugroho | 21 Maret 2011[9] | sekarang | Pelaksana Tugas Gubernur [9] |
Wakil Gubernur:
- 15 Juni 1998 - 10 Maret 2006 : Rudolf Pardede
- 16 Juni 2008 - 21 Maret 2011 : Gatot Pudjo Nugroho
Perwakilan di Jakarta
Anggota DPR-RI dari Provinsi Sumatera Utara
- H. Iskan Qolba Lubis, MA (Partai Keadilan Sejahtera)
- H. Anshori Siregar, Lc (Partai Keadilan Sejahtera)
- Drs. H. Burhanuddin Napitupulu (Alm) (Golkar)
- Drs. Ir. H. Sutan Bhatoegana, MM (Partai Demokrat)
- H. Abdul Wahab Dalimunthe, SH (Partai Demokrat)
- Ibrakhin Sakty Batubara (PAN)
- Nasril Bahar (PAN)
- Nurdin Tampubolon (Hanura)
- Sri Novida, SE (Partai Demokrat)
- Panda Nababan (PDIP)
- H. Chairuman Harahap, S.H, M.H (Golkar)
- Neil Iskandar (Golkar)
- Ir. Ali Wongso Sinaga (Golkar))
Penduduk
Sumatera Utara merupakan provinsi keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990, penduduk
Sumatera Utara berjumlah 10,81 juta jiwa, dan pada tahun 2010 jumlah
penduduk Sumatera Utara telah meningkat menjadi 12,98 juta jiwa.
Kepadatan penduduk Sumatera Utara pada tahun 1990 adalah 143 jiwa per
km² dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 178 jiwa per km².
Kadar Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) Sumatera Utara setiap tahunnya tidak tetap. Pada tahun 2000 TPAK
di daerah ini sebesar 57,34 persen, tahun 2001 naik menjadi 57,70
persen, tahun 2002 naik lagi menjadi 69,45 persen.
Sosial kemasyarakatan
Suku bangsa
Sumatera Utara merupakan provinsi multietnis dengan Batak, Nias, dan Melayu
sebagai penduduk asli wilayah ini. Daerah pesisir timur Sumatera Utara,
pada umumnya dihuni oleh orang-orang Melayu. Pantai barat dari Barus
hingga Natal, banyak bermukim orang Minangkabau. Wilayah tengah sekitar Danau Toba, banyak dihuni oleh Suku Batak yang sebagian besarnya beragama Kristen. Suku Nias berada di kepulauan sebelah barat. Sejak dibukanya perkebunan tembakau di Sumatera Timur, pemerintah kolonial Hindia Belanda banyak mendatangkan kuli kontrak yang dipekerjakan di perkebunan. Pendatang tersebut kebanyakan berasal dari etnis Jawa dan Tionghoa. Pusat penyebaran suku-suku di Sumatera Utara, sebagai berikut :
- Suku Melayu : Pesisir Timur, terutama di kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai, dan Langkat
- Suku Batak Karo : Kabupaten Karo
- Suku Batak Toba : Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba Samosir
- Suku Batak Mandailing : Kabupaten Mandailing Natal
- Suku Batak Angkola : Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Padang Lawas
- Suku Batak Simalungun : Kabupaten Simalungun
- Suku Batak Pakpak : Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat
- Suku Nias : Pulau Nias
- Suku Minangkabau : Kota Medan, Kabupaten Batubara, Pesisir barat
- Suku Aceh : Kota Medan
- Suku Jawa : Pesisir timur
- Suku Tionghoa : Perkotaan pesisir timur & barat.
Bahasa
Pada dasarnya, bahasa yang dipergunakan secara luas adalah Bahasa Indonesia. Suku Melayu Deli mayoritas menuturkan Bahasa Indonesia karena kedekatannya dengan Bahasa Melayu
yang menjadi bahasa ibu masyarakat Deli. Pesisir timur seperi wilayah
Serdang Bedagai, Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan, dan Tanjung Balai,
memakai Bahasa Melayu dialek "o" begitu juga di Labuhan Batu dengan
sedikit perbedaan ragam. Di Kabupaten Langkat masih menggunakan bahasa
Melayu dialek "e" yang sering juga disebut bahasa Maya-maya. Mayarakat
Jawa di daerah perkebunan, menuturkan Bahasa Jawa sebagai pengantar
sehari-hari.
Di kawasan perkotaan, orang Tionghoa lazim menuturkan Bahasa Hokkian selain bahasa Indonesia. Di pegunungan, masyarakat Batak menuturkan Bahasa Batak
yang terbagi atas empat logat (Silindung-Samosir-Humbang-Toba). Bahasa
Nias dituturkan di Kepulauan Nias oleh suku Nias. Sedangkan orang-orang
di pesisir barat, seperti Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Tengah, dan
Mandailing Natal menggunakan Bahasa Minangkabau.[10]
Agama
Agama utama di Sumatera Utara adalah:
- Islam: terutama dipeluk oleh suku Melayu, Pesisir, Minangkabau,Jawa, Aceh, suku Batak Mandailing, sebagian Batak Karo, Simalungun dan Pakpak
- Kristen (Protestan dan Katolik): terutama dipeluk oleh suku Batak Karo, Toba, Simalungun, Pakpak, Mandailing dan Nias
- Hindu: terutama dipeluk oleh suku Tamil di perkotaan
- Buddha: terutama dipeluk oleh suku Peranakan di perkotaan
- Konghucu : terutama dipeluk oleh suku Peranakan di perkotaan
- Parmalim: dipeluk oleh sebagian suku Batak yang berpusat di Huta Tinggi
- Animisme: masih ada dipeluk oleh suku Batak, yaitu Pelebegu Parhabonaron dan kepercayaan sejenisnya
Pendidikan
Pada tahun 2005 jumlah anak yang putus sekolah di Sumut mencapai
1.238.437 orang, sementara jumlah siswa miskin mencapai 8.452.054 orang.
Dari total APBD 2006 yang berjumlah Rp 2.204.084.729.000, untuk
pendidikan sebesar Rp 139.744.257.000, termasuk dalam pos ini anggaran
untuk bidang kebudayaan.
Jumlah total kelulusan siswa yang ikut Ujian Nasional pada tahun 2005
mencapai 87,65 persen atau 335.342 siswa dari 382.587 siswa tingkat
SMP/SMA/SMK sederajat peserta UN . Sedangkan 12,35 persen siswa yang
tidak lulus itu berjumlah 47.245 siswa.
Kesehatan
- Secara umum, angka penemuan kasus baru tuberculosis (TBC) di Sumatera Utara mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 kasus TBC diperkirakan berkisar 160/100.000 penduduk. Jika jumlah penduduk Sumatera Utara tercatat 12 juta jiwa, maka penderita TBC di daerah ini sebanyak 19.000.
- Jumlah penderita HIV/AIDS di Sumatera Utara hingga Oktober 2005 tercatat 301 orang, yakni 26 orang asing dan 276 warga negara Indonesia. Sementara jumlah korban yang HIV/AIDS yang meninggal dunia hingga Agustus 2005 berjumlah 34 orang.
Tenaga kerja
- Angkatan Kerja. Pada tahun 2002 angkatan kerja di Sumut mencapai 5.276.102 orang. Jumlah itu naik 4,72% dari tahun sebelumnya. Kondisi angkatan kerja itu juga diikuti dengan naiknya orang yang mencari pekerjaan. Jumlah pencari kerja pada 2002 mencapai 355.467 orang. Mengalami kenaikan 57,82% dari tahun sebelumnya.
- Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Jumlah TPT di Sumut naik dari 4,47% pada 2001 menjadi 6,74% pada 2002. TPT tertinggi terjadi di Kota Medan mencapai 13,28%, diikuti Kota Sibolga (11,71%), Kabupaten Langkat (11,06%), dan Kodya Tebing Tinggi (10,91%).
- Angkatan Kerja. Penduduk yang tergolong angkatan kerja berjumlah 5,1 juta jiwa. Sekitar 34% berstatus sebagai majikan, bekerja sendiri (20%), dan pekerja keluarga (23%). Skala usaha tergambar pada komposisi yang didominasi oleh usaha kecil sekitar 99,8% dan hanya sekitar 0,2% yang tergolong usaha besar.
- Pendidikan Pekerja. Tingkat pendidikan sebagian besar tenaga kerja. Pekerja yang berpendidikan tidak tamat sekolah dasar (SD) atau sampai tamat SD mencapai 48,96%. Lulusan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) mencapai 23%. Sedangkan lulusan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) mencapai 24,08%. Sementara itu, lulusan perguruan tinggi hanya 3,95%.
Perekonomian
Energi
Sumatera Utara kaya akan sumber daya alam berupa gas alam di daerah Tandam, Binjai dan minyak bumi di Pangkalan Brandan, Kabupaten Langkat yang telah dieksplorasi sejak zaman Hindia Belanda.
Selain itu di Kuala Tanjung, Kabupaten Asahan juga terdapat PT Inalum yang bergerak di bidang penambangan bijih dan peleburan aluminium yang merupakan satu-satunya di Asia Tenggara.
Sungai-sungai yang berhulu di pegunungan sekitar Danau Toba juga merupakan sumber daya alam yang cukup berpotensi untuk dieksploitasi menjadi sumber daya pembangkit listrik tenaga air. PLTA Asahan yang merupakan PLTA terbesar di Sumatra terdapat di Kabupaten Toba Samosir.
Selain itu, di kawasan pegunungan terdapat banyak sekali titik-titik
panas geotermal yang sangat berpotensi dikembangkan sebagai sumber
energi panas maupun uap yang selanjutnya dapat ditransformasikan menjadi
energi listrik.
Pertanian dan perkebunan
Provinsi ini tersohor karena luas perkebunannya, hingga kini,
perkebunan tetap menjadi primadona perekonomian provinsi. Perkebunan
tersebut dikelola oleh perusahaan swasta maupun negara. BUMN Perkebunan
yang arealnya terdapat di Sumatera Utara, antara lain PT Perkebunan
Nusantara II (PTPN II), PTPN III dan PTPN IV.
Selain itu Sumatera Utara juga tersohor karena luas perkebunannya.
Hingga kini, perkebunan tetap menjadi primadona perekonomian provinsi.
Perkebunan tersebut dikelola oleh perusahaan swasta maupun negara.
Sumatera Utara menghasilkan karet, coklat, teh, kelapa sawit, kopi,
cengkeh, kelapa, kayu manis, dan tembakau. Perkebunan tersebut tersebar
di Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Asahan, Labuhanbatu, dan Tapanuli Selatan.
- Luas pertanian padi. Pada tahun 2005 luas areal panen tinggal 807.302 hektare, atau turun sekitar 16.906 hektare dibanding luas tahun 2004 yang mencapai 824.208 hektare. Produktivitas tanaman padi tahun 2005 sudah bisa ditingkatkan menjadi berkisar 43,49 kwintal perhektar dari tahun 2004 yang masih 43,13 kwintal per hektare, dan tanaman padi ladang menjadi 26,26 kwintal dari 24,73 kwintal per hektare. Tahun 2005, surplus beras di Sumatera Utara mencapai 429 ton dari sekitar 2.1.27 juta ton total produksi beras di daerah ini.
- Luas perkebunan karet. Tahun 2002 luas areal tanaman karet di Sumut 489.491 hektare dengan produksi 443.743 ton. Sementara tahun 2005, luas areal karet menurun atau tinggal 477.000 hektare dengan produksi yang juga anjlok menjadi hanya 392.000 ton.
- Irigasi. Luas irigasi teknis seluruhnya di Sumatera Utara seluas 132.254 ha meliputi 174 Daerah Irigasi. Sebanyak 96.823 ha pada 7 Daerah Irigasi mengalami kerusakan sangat kritis.
- Produk Pertanian. Sumatera Utara menghasilkan karet, cokelat, teh, kelapa sawit, kopi, cengkeh, kelapa, kayu manis, dan tembakau. Perkebunan tersebut tersebar di Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Asahan, Labuhanbatu, dan Tapanuli Selatan. Komoditas tersebut telah diekspor ke berbagai negara dan memberikan sumbangan devisa yang sangat besar bagi Indonesia. Selain komoditas perkebunan, Sumatera Utara juga dikenal sebagai penghasil komoditas holtikultura (sayur-mayur dan buah-buahan); misalnya Jeruk Medan, Jambu Deli, Sayur Kol, Tomat, Kentang, dan Wortel yang dihasilkan oleh Kabupaten Karo, Simalungun dan Tapanuli Utara. Produk holtikultura tersebut telah diekspor ke Malaysia dan Singapura.
Perbankan
Selain bank umum nasional, bank pemerintah serta bank internasional,
saat ini di Sumut terdapat 61 unit Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan 7
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Data dari Bank Indonesia menunjukkan, pada Januari 2006,
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang diserap BPR mencapai Rp 253.366.627.000
dan kredit mencapai Rp 260.152.445.000. Sedangkan aktiva mencapai Rp
340.880.837.000.
Sarana dan prasarana
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara juga sudah membangun
berbagai prasarana dan infrastruktur untuk memperlancar perdagangan baik
antar kabupaten maupun antar provinsi. Sektor swasta juga terlibat
dengan mendirikan berbagai properti untuk perdagangan, perkantoran,
hotel dan lain-lain. Tentu saja sektor lain, seperti koperasi, pertambangan dan energi, industri, pariwisata, pos dan telekomunikasi, transmigrasi,
dan sektor sosial kemasyarakatan juga ikut dikembangkan. Untuk
memudahkan koordinasi pembangunan, maka Sumatera Utara dibagi ke dalam
empat wilayah pembangunan.
Pertambangan
Ada tiga perusahaan tambang terkemuka di Sumatera Utara:
- Sorikmas Mining (SMM)
- Newmont Horas Nauli (PTNHN).
- Dairi Prima Mineral
Transportasi
Di Sumatera Utara terdapat 2.098,05 kilometer jalan negara, yang
tergolong mantap hanya 1.095,70 kilometer atau 52,22 persen dan 418,60
kilometer atau 19,95 persen dalam keadaan sedang, selebihnya dalam
keadaan rusak. Sementara dari 2.752,41 kilometer jalan propinsi, yang
dalam keadaan mantap panjangnya 1.237,60 kilometer atau 44,96 persen,
sementara yang dalam keadaan sedang 558,46 kilometer atau 20,29 persen.
Halnya jalan rusak panjangnya 410,40 kilometer atau 14,91 persen dan
yang rusak berat panjangnya 545,95 kilometer atau 19,84 persen.
Dari sisi kendaraan, terdapat lebih 1,38 juta kendaraan roda dua dan
empat di Sumatera Utara. Dari jumlah itu, sebanyak 873 ribu lebih berada
di Kota Medan.
Bandar Udara
Di Sumatera Utara terdapat 7 bandar udara[11], terdiri dari 1 bandar udara berstatus internasional dan 6 bandara domestik, seperti berikut ini :
- Bandar Udara Aek Godang
- Bandar Udara Binaka
- Bandar Udara Dr. Ferdinand Lumban Tobing
- Bandar Udara Lasondre
- Bandar Udara Internasional Polonia
- Bandar Udara Sibisa
- Bandar Udara Silangit
Ekspor & impor
Kinerja ekspor Sumatera Utara cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004 tercatat perolehan devisa mencapai US$4,24 milyar atau naik 57,72% dari tahun sebelumnya dari sektor ini.
Ekspor kopi dari Sumatera Utara mencapai rekor tertinggi 46.290 ton dengan negara tujuan ekspor utama Jepang
selama lima tahun terakhir. Ekspor kopi Sumut juga tercatat sebagai 10
besar produk ekspor tertinggi dengan nilai US$3,25 juta atau 47.200,8
ton periode Januari hingga Oktober 2005.
Dari sektor garmen, ekspor garmen cenderung turun pada Januari 2006.
Hasil industri khusus pakaian jadi turun 42,59 persen dari US$ 1.066.124
pada tahun 2005, menjadi US$ 2.053 pada tahun 2006 pada bulan yang
sama.
Kinerja ekspor impor beberapa hasil industri menunjukkan penurunan.
Yakni furniture turun 22,83 persen dari US$ 558.363 (2005) menjadi US$
202.630 (2006), plywood turun 24,07 persen dari US$ 19.771 menjadi US$
8.237, misteric acid turun 27,89 persen yakni dari US$ 115.362 menjadi
US$ 291.201, stearic acid turun 27,04 persen dari US$ 792.910 menjadi
US$ 308.020, dan sabun noodles turun 26 persen dari AS.689.025 menjadi
US$ 248.053.
Kinerja ekspor impor hasil pertanian juga mengalami penurunan yakni
minyak atsiri turun 18 persen dari US$ 162.234 menjadi US$ 773.023,
hasil laut/udang, minyak kelapa dan kopi robusta juga mengalami
penurunan cukup drastis hingga mencapai 97 persen. Beberapa komoditi
yang mengalami kenaikan (nilai di atas US$ Juta) adalah biji kakao,
hortikultura, kopi arabica, CPO, karet alam, hasil laut (non udang).
Untuk hasil industri yakni moulding, ban kendaraan dan sarung tangan
karet.
APBD
Dari tahun ke tahun, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Sumatera Utara terus meningkat.
|
APBD 2006 memberikan alokasi Belanja publik Rp 1.577.946.416.580
(71,59%), sedangkan belanja aparatur Rp 626.138.312.420 (28,41%). Pos
anggarannya antara lain:
|
Pada tahun 2006 ditargetkan Rp2,087 triliun. Angka tersebut diperoleh
dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) Rp1,354 triliun, dana perimbangan
Rp723,65 miliar, dan Lain-lain. Pendapatan yang sah sebesar Rp23,915
miliar. Khusus sektor PAD terdiri dari pajak daerah Rp 1,270 triliun,
retribusi daerah Rp 10,431 miliar, laba BUMD sebesar Rp 48,075 miliar,
dan lain-lain pendapatan Rp 25,963 miliar. Perolehan dari dana
perimbangan meliputi Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak sebesar
Rp 183,935 miliar dan Dana Alokasi Umum Rp 539,718 miliar. Sedangkan
perolehan dari Lain-lain Pendapatan yang Sah diperoleh dari Iuran Jasa
Air Rp 8,917 miliar.
Seni dan budaya
Musik
Musik yang biasa dimainkan,cenderung tergantung dengan
upacara-upacara adat yang diadakan, tetapi lebih dominan dengan
genderangnya. Seperti pada Etnis Pesisir terdapat serangkaian alat musik
yang dinamakan Sikambang.
Arsitektur
Dalam bidang seni rupa yang menonjol adalah arsitektur rumah adat yang merupakan perpaduan dari hasil seni pahat dan seni ukir
serta hasil seni kerajinan. Arsitektur rumah adat terdapat dalam
berbagai bentuk ornamen.Pada umumnya bentuk bangunan rumah adat pada
kelompok adat batak melambangkan "kerbau berdiri tegak". Hal ini lebih
jelas lagi dengan menghias pucuk atap dengan kepala kerbau.
Rumah adat etnis Batak, Ruma Batak, berdiri kokoh dan megah serta masih banyak ditemui di Samosir.
Rumah adat Karo kelihatan besar dan lebih tinggi dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Atapnya terbuat dari ijuk
dan biasanya ditambah dengan atap-atap yang lebih kecil berbentuk
segitiga yang disebut "ayo-ayo rumah" dan "tersek". Dengan atap
menjulang berlapis-lapis itu rumah Karo memiliki bentuk khas dibanding
dengan rumah tradisional lainnya yang hanya memiliki satu lapis atap di
Sumatera Utara.
Bentuk rumah adat di daerah Simalungun cukup memikat. Kompleks rumah
adat di desa Pematang Purba terdiri dari beberapa bangunan yaitu rumah
bolon, balai bolon, jemur, pantangan balai butuh, dan lesung.
Bangunan khas Mandailing yang menonjol disebut "Bagas Gadang" (rumah Namora Natoras) dan "Sopo Godang" (balai musyawarah adat).
Rumah adat di pesisir barat kelihatan lebih megah dan lebih indah
dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Rumah adat ini masih berdiri
kokoh di halaman Gedung Nasional Sibolga.
Tarian
Perbendaharaan seni tari tradisional meliputi berbagai jenis. Ada
yang bersifat magis, berupa tarian sakral, dan ada yang bersifat hiburan
saja yang berupa tari profan. Di samping tari adat yang merupakan
bagian dari upacara adat, tari sakral biasanya ditarikan oleh dayu-datu.
Termasuk jenis tari ini adalah tari guru dan tari tungkat. Datu
menarikannya sambil mengayunkan tongkat sakti yang disebut Tunggal Panaluan.
Tari profan biasanya ialah tari pergaulan muda-mudi yang ditarikan
pada pesta gembira. Tortor ada yang ditarikan saat acara perkawinan.
Biasanya ditarikan oleh para hadirin termasuk pengantin dan juga para
muda-mudi. Tari muda-mudi ini, misalnya morah-morah, parakut, sipajok,
patam-patam sering dan kebangkiung. Tari magis misalnya tari tortor
nasiaran, tortor tunggal panaluan. Tarian magis ini biasanya dilakukan
dengan penuh kekhusukan.
Selain tarian Batak terdapat pula tarian Melayu seperti Serampang XII.
Kerajinan
Selain arsitektur,tenunan merupakan seni kerajinan yang menarik dari
suku Batak. Contoh tenunan ini adalah kain ulos dan kain songket. Ulos
merupakan kain adat Batak yang digunakan dalam upacara-upacara
perkawinan, kematian, mendirikan rumah, kesenian,dsb. Bahan kain ulos
terbuat dari benang kapas atau rami. Warna ulos biasanya adalah hitam,
putih, dan merah yang mempunyai makna tertentu. Sedangkan warna lain
merupakan lambang dari variasi kehidupan.
Pada suku Pakpak ada tenunan yang dikenal dengan nama oles. Bisanya warna dasar oles adalah hitam kecokelatan atau putih.
Pada suku Karo ada tenunan yang dikenal dengan nama uis. Bisanya warna dasar uis adalah biru tua dan kemerahan.
Pada masyarakat pesisir barat ada tenunan yang dikenal dengan nama Songket Barus. Biasanya warna dasar kerajinan ini adalah Merah Tua atau Kuning Emas.
Makanan khas
Makanan Khas di Sumatera Utara sangat bervariasi, tergantung dari
daerah tersebut. Saksang dan Babi panggang sangat familiar untuk mereka
yang melaksanakan pesta maupun masakan rumah. Misalkan seperti didaerah
Pakpak Dairi, Pelleng adalah makanan khas dengan bumbu yang sangat
pedas.
Di tanah Batak sendiri ada dengke naniarsik yang merupakan
ikan yang digulai tanpa menggunakan kelapa. Untuk cita rasa, tanah Batak
adalah surga bagi pecinta makanan santan dan pedas. Pasituak Natonggi atau uang beli nira yang manis adalah istilah yang sangat akrab disana, menggambarkan betapa dekatnya tuak atau nira dengan kehidupan mereka.
Rujukan
- ^ "Perpres No. 6 Tahun 2011". 17 Februari 2011. Diakses pada 23 Mei 2011.
- ^ Sensus Penduduk 2010
- ^ Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 28 Desember 2003.
- ^ Wulan, Y.C.,Yasmi, Y.,Purba, C.,Wollenberg, E., Analisis Konflik : Sektor Kehutanan di Indonesia 1997-2003, p.27, Center for International Forestry Research, 2004
- ^ Akhirnya Tapsel Mekar, Waspada
- ^ Depdagri tunggu rekomendasi Gubsu, Seputar Indonesia
- ^ Pansus DPRD Sumut Dukung Pemekaran Tiga Daerah Otonom di Nias, Nias Online
- ^ a b c Meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat terbang Mandala Airlines RI 091 pada 5 September 2005
- ^ a b c "Gantikan Syamsul Arifin, Pj Gubernur Sumut Langsung Gelar Evaluasi (detikcom) ", 25 Maret 2011. Diakses pada 26 Maret 2011.
- ^ Setiana Simorangkir, Struktur bahasa Pesisir Sibolga, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1986
- ^ Bandara Per Propinsi, 28 Desember 2012, diakses pada 3 Agustus 2012
0 komentar:
Posting Komentar